Jumat, 22 April 2022

 

3.1.a.9

Blog Koneksi Antar Materi

Sunardi, S.Pd

SMK Muhammadiyah 2 Andong

 

  1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

 

Ki Hadjar Dewantara yng merupakan bapak pendidikan Indoensia mengemukakan pendapat bahwa pendidikn adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar dapat mencapai kesejahteraan, keselamatan dan kebahagian yang setinggi tingginya baik sebagai manusia maupun sebgai masyarakat. Dan membiarkan mereka tumbuh berkembang sesuai dengan kodarat alam dan kodrat zamanya. Pandangan Ki Hajar Dewantara ini tentu sejalan dan memberi pengaruh pada mindset atau pemikiran yang digunakan dan menjadi dasar dalam sebuah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Seorang pemimpin atau guru harus mengambil keputusan yang tepat, arif, bijaksana dan berpihak pada siswa. Tentunya dari pemahaman dan pendalaman filosofi ini membuat seorang pendidik dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin dalam pembelajaran didasarkan pada manfaat atau mengedepankan kepentingan siswa. Dimana apa dan bagaimana pengambilan keputusan ini akan menjadi cerminan dan teladan bagi siswa kedepannya.

 

  1. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

 

Nilai nilai yang yang tertanan dalam diri kita antara lain, mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan keperpihakan kepada murid. Tentunya kan memiliki pengaruh kita kepada sebuah proses pengambilan keputusan yang membuat kita berada dalam suatu dilema etika seorang guru. Maka dari itukita dalam mengambil sebuah keputusan harus melakukan 9 langkah pengambilan sebuah keoutusan. Sehingga kita dalam mengambil sebuah keputusan akan mempertimbangkan segi sosial emosial dari seseroang yang memiliki permasalahan atau kasus yang kita hadapi. Dengan mempertimbangkan hal tersbut kita mampu memberikan sebuah keputusan yang tidak berpihak kepada kedua belah pihak.

 

  1. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.?

 

Coaching adalah salah satu bentuk kolaborasi yang akan kita lakukan untuk mengambil sebuah keputusan dengan kita melaksanakan coaching secara tidak langsung kita mencari atau menganalisa permasalahan dari beberapa sudut pandang. Sehinnga kemampuan seorang pendidik dalam hal ini sangat berperan sekali dalam menggali dan mengidentifikasi informasi dari sebuah kasus. Karena dengan mehubungkan keahlian seorang coaching kita juga pasrtinya akan melaksanakan pemantauan terhadap hasil keputusan yang kita buat untuk permasalahan tersebut. Dan melaksanakan pendampingan kepada kedua belah pihak yang berkonfilk.

 

  1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

 

Pengaruh sosial emosisonal seorang guru akan dipertaruhkan disini. Kenapa karena kebanyakan yang kita lakukan adalah guru mengambil sebuah keputusan pasti rasa emosional negatif yang pertama dikedepankan. Maka seorang pendidik alangkah baiknya selalu mengedepankan berfikir positif akan setiap kesalahan yang dilakukan oleh murid. Apabila mengedepankan pikiran negatif pastinya keputusan yang akan diambil tidak bisa menguntungkan kedua belah pihak. Pengambilan keputusan passtinya dilakukan dengan penuh pertanggung jawaban dan penuh pertimbangan yang matang sehingga pengeloaan sosial emosional sangat di utamankan disini.

 

  1. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.?

 

Nialai nilai yang diyakini harus sesuai dengan nilai nilai kebajikan. Nilai nilai yang yang yang harus di kedepankan. Hal ini sesuai dengan kode etika guru tentang komitmen terhadap integritas. Nilai nilai seorang pendidik yang kita pelajari seperti, mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif serta keberpihakan kepada murid akan mendrong dan memotivasi kita dalam membuat sebuah keputusan yang tepat kepada murid murid kita. Nilai nilai atau nilai kebajikan adalah acuan bagi kita untuk berprinsip dan menggunakanya dalam mengambil dan membuata sebuah keputusan

 

  1. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.?

 

Pengambilan sebuah keputusan tentunya akan berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif dan nyaman. Hal ini dikarenakan setipa keputusan pasti akan menimbulkan sebuah gejolak baik itu keputusan positif ataupun negatif. Maka dengan mempertimbangkan hal terbuat kita di ajarkan mengenai langkah proses pengambilan keputusan yaitu 9 langlah pengambilan keputusan . Kita dimulai dari melihat nilai nilai yang bertentangan, siapa yang terlbat, fakta fakta yang ada, menerapkan pengujian, mengidentifikasi masalah, membuat eputusan sampai di akhir kita melakukan refleksi. Semuanya itu dilakukan untuk menjaga kondisifitas dan kenyamanan lingkungan.

 

  1. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

 

Tentunya sebagai pendidik dalam menerapkan disekolah pasti ada kendala kendala yang dihadapi dalam sebuah pengambilan keputusan yang tepat pada kasus dilema etika. Pemahaman lingkungan akan pengambilan keputusan masih terjebak pada sebuah bujukan moral dan paradigma ini yang sampai saat ini ada pada lingkungan saya benar dan salah. Paradigma inilah yang membuat sebuah keputusan yang diambil tidak tepat. Untuk merubah paradigma ini membutuhkan waktu dan sosialisasi yang intens kepada lingkunga dengan pemberian materi peradigma pengamblan keputusan pemimpin pembelajaran. Kendala utamnya adalah komitmen dan mau keluar dari zona nyaman

  1. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

 

Pembelajaran yang memberikan kepada murid untuk memilih mengembangkan potensi mereka sendiri adalah pilihan tepat. Kemampauan murid akan terasah dan berkembang dengan seiringnya mereka melakukan kegiatan yang mereka senangi tanpa da paksaan sama sekali. Sebagai guru tentunya melakukan metode coaching yang tepat kepada murid untuk bisa mengembankan keahlian mereak secara maximal

 

  1. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

 Masa depan murid adalah murid itusendiri yang menentukan. Kita sebgai pendidik bertugas menuntun, menjembatani dan mengarahkan murid bisa berjalan dengan sesuai tracknya sesuai dengan potensi dan minat bakatnya. Maka seorang pendidik diperlukan untuk bisa mengexplorasi kemampuan murid tanpa memberikanya sebuah tekanan atau intervansi. Memerdekaan murid dalam belajar adalah salah satu strategi yang bisa kita gunakan utntuk mengarahkan mereka. Maka pendidik harus bisa memberiak coaching kepada murid untuk bisa mengembangkan dan menumbuhkan rasa percaya diri mereka dalam menghadapi masa depan mereka

 

  1. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

 

Pembelajaran dan pengalaman yang saya peroleh dari mempelajari modul 3.1 terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah seorang pendidik yang merupakan cara untuk berinteraksi langsung dengan siswa sehingga sering diperhadapkan oleh situasi yang mengharuskan dilakukannya pengambilan keputusan. Tentunya pengambilan keputusan yang dilakukan ini bukanlah suatu keputusan gegabah yang tidak mempertimbangkan konsekuensi dan situasi tak terduga lainnya di masa depan. Pengambilan keputusan yang dilakukan merupakan rangkaian proses yang memunculkan kehati-hatian dalam menentukan sikap dan langkah tindakan dari berbagai kemungkinan situasi yang ada.

Butuh waktu lebih panjang untuk  mendalami materi sebelumnya yang telah dipelajari semakin menguatkan keterkaitan antar materi yang ada sebagai dasar konsep pemahaman yang mesti dimiliki oleh seorang pendidik dalam menjalankan peran sebagai pemimpin dalam pembelajaran. Bagaimana seorang pendidik yang baik seharusnya memahami dan memperkuat nilai-nilai kebaikan diri serta peran dan fungsinya sebagai model keteladanan dalam menumbuhkembangkan karakter nilai yang tercermin dalam profil pelajar pancasila serta sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang mengedepankan kepentingan siswa.

Pengambilan keputusan merupakan salah satu langkah yang ditempuh oleh seorang pendidik untuk memberi kemerdekaan atau keberpihakan kepada  siswa untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat dan potensi yang dimilikinya tanpa harus merasa terkekang dan terintervensi untuk menjadi pribadi lain. Merdeka belajar bermakna bahwa dalam belajar harus dilakukan dengan membangun kemauan dan semangat, mewujudkan kebebasan untuk menyatakan pikiran, dan bebas dari segala bentuk rasa takut. Kemerdekaan dalam belajar ini akan dirasakan oleh siswa ketika seorang pendidik mampu menciptakan pembelajaran yang memperhatikan dan mempertimbangkan kebutuhan belajar siswa. Maka pembelajaran yang hendaknya diterapkan adalah pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan tersebut, baik dari diferensiasi minat, profil dan kesiapan belajar siswa. Selain itu, mengkombinasikan pembelajaran dengan mengintegrasikan keterampilan sosial emosional sebagai upaya untuk menjadikan kondisi berkesadaran penuh dan focus dalam pembelajaran yang dilakukan. 

Coaching juga menjadi salah satu usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam menuntun siswa untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Proses coaching ini dilakukan dengan menjalin dan membangun hubungan kolaborasi dengan menggunakan komunikasi asertif serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang menstimulus siswa dalam mengeksplorasi potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Coaching sendiri tidak hanya dilakukan pada siswa, tetapi dapat juga diterapkan untuk membantu rekan guru, atau seluruh warga sekolah untuk menciptakan kondisi yang ideal dan membangun kebiasaan budaya positif sekolah dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki.

 

 

Rabu, 20 April 2022

 

DILEMA ETIKA
Proses Pengambilan Keputusan Yang Dilakukan Benar Melawan Benar

A.    Pengambilan Keputusan

Dalam keterampilan pengambilan keputusan seringkali berbagai kepentingan saling bersinggungan, dan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan atau tidak puas .Perlu diingat bahwa kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, semakin sering kita melakukannya maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran. Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, sebagai seorang pemimpin , kita perlu mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilainilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil, sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut:



B.     Empat Paradigma Dilema Etika

 Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah tantangan berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1.      Individu lawan kelompok (individual vs community)

Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu lawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Paradigma ini, bisa juga berhubungan dengan konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil lawan kelompok besar

‘Individu’ di dalam paradigma ini tidak selalu berarti ‘satu orang’, tapi dapat juga berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. ‘Kelompok’ dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi, bisa berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok keluarga, atau keluarga Anda. Dilema individu melawan kelompok adalah tentang bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil, dan apa yang benar untuk kelompok yang lebih besar.

Sebagai guru terkadang kita juga harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan sebuah tugas, sementara ada kelompok lain yang dapat menyelesaikannya dengan lebih cepat sehingga mereka sudah siap untuk masuk ke pelajaran berikutnya, apakah keputusan yang akan diambil oleh guru? Dalam situasi ini, guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.

 

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Dalam paradigma ini, pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang, atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang.

Terkadang memang benar untuk berpegang teguh pada peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan) Misalnya ada peraturan di rumah, Anda harus ada di rumah pada saat makan malam. Misalnya suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan Anda. Situasi ini dapat menunjukkan dilema keadilan lawan rasa kasihan, terhadap orang tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau haruskah orang tua Anda membuat pengecualian?

 

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita harus memilih antara jujur atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

Pada situasi perang, tentara yang tertangkap terkadang harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan.

 

4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Seringkali kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada hal-hal yang setiap harinya terjadi pada kita, atau pada lingkup yang lebih luas misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain lain.

Sebagai orangtua, kita seringkali harus membuat pilihan ini, contohnya: ketika kita harus memilih antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara menggunakan uang anda untuk makan favorit Anda atau berlatih instrumen musik atau berolahraga? Bila iya, Anda telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan jangka panjang.

 

 

C.    Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat Anda lakukan. Anda dapat memilih salah satu dari kasus-kasus yang telah dibahas sebelumnya di modul ini untuk Anda gunakan sebagai contoh.

1.      Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih seksama, penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi. Kedua, penting bagi kita untuk memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.

Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu berlebihan, kita bisa terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi.

2.      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

3.      Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.

4.      Pengujian benar atau salah

1.      Uji Legal

Pertanyaan penting di uji legal ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.

2.      Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalamnya. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

3.      Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang samasama benar.

4.      Uji Publikasi

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan moral.

5.      Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (EndsBased Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (CareBased Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral yaitu benar atau salah.

 

5.      Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang Anda hadapi ini?

·         Individu lawan kelompok (individual vs community)

·         Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

·         Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

·         Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

6.      Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

·         Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

·         Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

·         Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7.      Investigasi Opsi Trilema

Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.

8.      Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9.      Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya. Perlu kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan ini juga merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.

 

D.    Berikut ini panduan untuk melakukan analisis studi kasus:

1.      Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

2.        Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal).

3.        Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi).

4.        Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi).

5.    Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman?

6.        Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

7.   Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

8.        Apa keputusan yang Anda ambil?

9.        Prinsip mana yang Anda gunakan, dan mengapa?

Setelah bapak/ibu memahami terkait dengan materi modul 3.1 di atas, berikut saya akan membagikan tugas demonstrasi kontekstual. Adapun panduan pertanyaannya sebagai berikut.

·         Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?

·         Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?

·         Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.

·    Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.

Berikut jawaban saya terkait dengan pertanyaan panduan di atas.

·         Belajar dan pengimbasan akan materi baru adalah bagian dari sebuah kegiatan yang harus saya lakukan setiap selesai mengikuti pengembangan diri. Artinya selain belajar untuk peningkatan kompetensi diri sendiri, saya juga melakukan pengimbasan materi  atau berbagi apa yang sudah saya peroleh kepada rekan-rekan guru di SMK Muhammadiyah 2 Andong. Karena dengan melaksanakan pengimbasan rekan rekan guru akan memperoleh ilmu baru yang bisa digunakan untuk mengembangkan model pembelajaran yang baik disekolah untuk perkembangan bersama. Selain itu, kita juga dapat menginspirasi rekan-rekan yang lain untuk ikut melakukan apa yang telah kita lakukan. Adapun cara yang akan saya lakukan dalam mentransfer dan membagikan pengetahuan yang saya dapatkan dalam program guru penggerak ini yaitu:

1. Mensosialisasikan materi program guru penggerak yang telah didapatkan melalui komunitas praktisi Guru belajar SMKMUHDA yang sudah dibentuk dan serta melaksanakan stadium general kepada rekan guru SMK Muhammadiyah 2 Andong.

2.      Mensosialisasikan materi-materi program guru penggerak melalui tulisan-tulisan di blog saya yaitu ardhisun@gmail.com.

3.   Mensosialisasikan materi-materi program guru penggerak melalui video yang diupload ke channel youtube saya maupun Sekolah

·  Sebagai seorang pemimpin pembelajaran SMK Muhammadiyah 2 Andong dalam rangka mewujudkan kemerdekaan belajar dan kesejahteraan belajar siswa pastinya tidak akan lepas dari sebuah masalah masalah yang berhubungan dengan dunia pembelajaran. Dan kita juga dihadapkan dalam sebuah pengambilan keputusan yang menguntungkan ke dua belah pihak. Adapun langkah-langkah awal yang akan saya lakukan yaitu:

1.   Memastikan bahwa dalam mengambil sebuah keputusan sudah sesuai dan sejalan dengan aturan yang berlaku.

2.  Melakukan analisa terhadap fakta fakta yang ada pada  situasi atau kasus yang saya hadapi disesuaikan dengan paradigma pengambilan keputusan.

3.   Memilih salah satu atau mungkin ketiganya dari tiga prinsip pengambilan keputusan yang ada.

4.      Melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.  

·    Kapan saya akan memulai menerapkan langkah-langkah pengambilan keputusan tidak dapat dipastikan apakah hari ini, besok, lusa, minggu depan, bulan depan, atau hari apa. Yang pastinya langkah-langkah pengambilan keputusan ini akan saya terapkan ketika saya dihadapkan pada situasi dan kasus yang saya hadap. Dilema etika yang memerlukan pengambilan keputusan terbaik agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Jika hari ini mengalami dilema etika maka hari ini saya akan menerapkan langkah-langkah tersebut, jika besok mengalami dilema etika maka besok akan diterapkan langkah-langkah tersebut, dan seterusnya. Harapan saya tentunya ketika saya dihadapkan pada situasi dilema etika saya dapat melakukan pengambilan keputusan dengan memperhatikan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

·  Dalam mengambil sebuah keputusan tidak hanya kita lakukan sendiri saja tentu perlu mendengarkan masukan-masukan dari rekan komunitas praktisi guru belajar SMKMUHDA yang bisa kita ajak berdiskusi dan berbagi sehingga kita mengetahui apakah keputusan yang telah kita ambil ini sudah tepat dan efektif atau belum. Menurut saya orang-orang yang bisa saya jadikan teman diskusi/pendamping dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah rekan-rekan Komunitas Praktisi Guru Belajar SMKMUHDA, Kepala Sekolah, Guru Senior, Orang Tua Siswa, dan Siswa 


 

 

  Mulai dari DIRI – Visi Sekolah Drs. Kamtar SMK Muhammadiyah 2 Andong A.       Merangkai Mimpi Lewat Kata - Kata 1.     Kami memimpik...