DILEMA ETIKA
Proses Pengambilan Keputusan Yang
Dilakukan Benar Melawan Benar
A.
Pengambilan Keputusan
Dalam
keterampilan pengambilan keputusan seringkali berbagai kepentingan saling
bersinggungan, dan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan atau tidak puas .Perlu
diingat bahwa kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, semakin
sering kita melakukannya maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran.
Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama
benar, sebagai seorang pemimpin , kita perlu mendasarkan keputusan kita pada 3
unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilainilai kebajikan universal,
dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil,
sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut:
B.
Empat Paradigma Dilema Etika
Dari pengalaman kita bekerja kita pada
institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah tantangan
berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi
dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti
cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi,
tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Secara umum ada pola, model, atau
paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti
di bawah ini:
1.
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu lawan sebuah
kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya.
Paradigma ini, bisa juga berhubungan dengan konflik antara kepentingan pribadi
lawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil lawan kelompok besar
‘Individu’ di dalam paradigma ini tidak selalu berarti ‘satu
orang’, tapi dapat juga berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan
kelompok yang lebih besar. ‘Kelompok’ dalam paradigma ini dapat berarti
kelompok yang lebih besar lagi, bisa berarti kelompok masyarakat kota yang
sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok
keluarga, atau keluarga Anda. Dilema individu melawan kelompok adalah tentang
bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok
kecil, dan apa yang benar untuk kelompok yang lebih besar.
Sebagai guru terkadang kita juga harus membuat pilihan seperti ini
di dalam kelas. Satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mengerjakan sebuah tugas, sementara ada kelompok lain yang dapat
menyelesaikannya dengan lebih cepat sehingga mereka sudah siap untuk masuk ke
pelajaran berikutnya, apakah keputusan yang akan diambil oleh guru? Dalam situasi
ini, guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.
2.
Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Dalam paradigma ini, pilihannya adalah antara mengikuti aturan
tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku
adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang, atau membuat
pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang.
Terkadang memang benar untuk berpegang teguh pada peraturan, tapi
terkadang membuat pengecualian juga tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti
peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama
rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa
kasihan (kebaikan) Misalnya ada peraturan di rumah, Anda harus ada di rumah
pada saat makan malam. Misalnya suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat
karena seorang teman membutuhkan bantuan Anda. Situasi ini dapat menunjukkan
dilema keadilan lawan rasa kasihan, terhadap orang tua Anda. Apakah ada
konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk
makan malam, atau haruskah orang tua Anda membuat pengecualian?
3.
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang
bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita harus memilih antara jujur
atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur
menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai
kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat
sebelumnya.
Pada situasi perang, tentara yang tertangkap terkadang harus
memilih antara mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia
kepada teman tentara yang lain. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus
memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang
dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan
kesetiaan.
4.
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Seringkali
kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang
terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada hal-hal
yang setiap harinya terjadi pada kita, atau pada lingkup yang lebih luas
misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain
lain.
Sebagai
orangtua, kita seringkali harus membuat pilihan ini, contohnya: ketika kita
harus memilih antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa
banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara menggunakan
uang anda untuk makan favorit Anda atau berlatih instrumen musik atau
berolahraga? Bila iya, Anda telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan
jangka panjang.
C.
Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan
Untuk
memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil
dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9
langkah yang dapat Anda lakukan. Anda dapat memilih salah satu dari kasus-kasus
yang telah dibahas sebelumnya di modul ini untuk Anda gunakan sebagai contoh.
1.
Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, alih-alih
langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih seksama, penting
bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi. Kedua,
penting bagi kita untuk memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang
betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang
berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.
Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu
berlebihan, kita bisa terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu
mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan
kecil. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan
tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang
kita hadapi.
2.
Menentukan
siapa yang terlibat dalam situasi ini.
Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang
sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti
kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli.
Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua
seharusnya merasa terpanggil.
3.
Kumpulkan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang
lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal
itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan
mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak
bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang
mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan
alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang
dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang
potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.
4.
Pengujian
benar atau salah
1.
Uji
Legal
Pertanyaan
penting di uji legal ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam
situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara
benar lawan benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan
moral). Keputusan yang harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara
mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan ini bukan keputusan yang berhubungan
dengan moral.
2.
Uji
Regulasi/Standar Profesional
Bila situasi
yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di
dalamnya, mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di
dalamnya. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi
sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon
pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa
dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan
respek sehubungan dengan profesi Anda.
3.
Uji
Intuisi
Langkah ini
mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada
yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan
membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah
tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini.
Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk
permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan
bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang
samasama benar.
4.
Uji
Publikasi
Apa yang Anda
akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik
dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah
pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal
itu terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang
menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan moral.
5.
Uji
Panutan/Idola
Dalam langkah
ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang
merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah
pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena
beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi
Anda.
Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji
yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:
Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan
(Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya
tentang prinsip-prinsip yang mendalam.
Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis
hasil akhir (EndsBased Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa
peduli (CareBased Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang
meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.
Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji
keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil
resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena
situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral
yaitu benar atau salah.
5.
Pengujian
Paradigma Benar lawan Benar. Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana
yang terjadi di situasi yang sedang Anda hadapi ini?
·
Individu
lawan kelompok (individual vs community)
·
Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
·
Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
·
Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Pentingnya
mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun
membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betul-betul mempertentangkan
antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
6.
Melakukan
Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip
penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?
·
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
·
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
·
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
7.
Investigasi
Opsi Trilema
Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita
pilih. Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada.
Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam
situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak
terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan
menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.
8.
Buat
Keputusan
Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat
keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
9.
Lihat
lagi Keputusan dan Refleksikan
Ketika
keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil
pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya. Perlu
kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan
sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan ini juga
merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita
berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan
keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang
bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan
universal.
D.
Berikut ini panduan untuk melakukan analisis studi kasus:
1. Jika
situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada
situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus
tersebut?
2.
Apakah
ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal).
3.
Apakah
ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji
regulasi).
4.
Berdasarkan
perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji
intuisi).
5. Apa
yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik
atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman?
6.
Kira-kira,
apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
7. Apakah
ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk
menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
8.
Apa
keputusan yang Anda ambil?
9.
Prinsip
mana yang Anda gunakan, dan mengapa?
Setelah bapak/ibu memahami
terkait dengan materi modul 3.1 di atas, berikut saya akan membagikan tugas
demonstrasi kontekstual. Adapun panduan pertanyaannya sebagai berikut.
·
Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda
dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?
·
Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil
keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?
·
Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok,
minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.
· Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman
diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah
tepat dan efektif.
Berikut jawaban saya terkait
dengan pertanyaan panduan di atas.
·
Belajar dan pengimbasan akan materi baru adalah bagian dari sebuah kegiatan
yang harus saya lakukan setiap selesai mengikuti pengembangan diri. Artinya
selain belajar untuk peningkatan kompetensi diri sendiri, saya juga melakukan pengimbasan
materi atau berbagi apa yang sudah saya peroleh
kepada rekan-rekan guru di SMK Muhammadiyah 2 Andong. Karena dengan
melaksanakan pengimbasan rekan rekan guru akan memperoleh ilmu baru yang bisa
digunakan untuk mengembangkan model pembelajaran yang baik disekolah untuk
perkembangan bersama. Selain itu, kita juga dapat menginspirasi rekan-rekan
yang lain untuk ikut melakukan apa yang telah kita lakukan. Adapun cara yang
akan saya lakukan dalam mentransfer dan membagikan pengetahuan yang saya
dapatkan dalam program guru penggerak ini yaitu:
1. Mensosialisasikan materi
program guru penggerak yang telah didapatkan melalui komunitas praktisi Guru
belajar SMKMUHDA yang sudah dibentuk dan serta melaksanakan stadium general
kepada rekan guru SMK Muhammadiyah 2 Andong.
2. Mensosialisasikan
materi-materi program guru penggerak melalui tulisan-tulisan di blog saya yaitu
ardhisun@gmail.com.
3. Mensosialisasikan
materi-materi program guru penggerak melalui video yang diupload ke channel
youtube saya maupun Sekolah
· Sebagai seorang pemimpin pembelajaran SMK Muhammadiyah 2 Andong dalam
rangka mewujudkan kemerdekaan belajar dan kesejahteraan belajar siswa pastinya
tidak akan lepas dari sebuah masalah masalah yang berhubungan dengan dunia
pembelajaran. Dan kita juga dihadapkan dalam sebuah pengambilan keputusan yang
menguntungkan ke dua belah pihak. Adapun langkah-langkah awal yang akan saya
lakukan yaitu:
1. Memastikan bahwa dalam
mengambil sebuah keputusan sudah sesuai dan sejalan dengan aturan yang berlaku.
2. Melakukan analisa terhadap
fakta fakta yang ada pada situasi atau
kasus yang saya hadapi disesuaikan dengan paradigma pengambilan keputusan.
3. Memilih salah satu atau
mungkin ketiganya dari tiga prinsip pengambilan keputusan yang ada.
4. Melakukan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan.
· Kapan saya akan memulai menerapkan langkah-langkah pengambilan keputusan
tidak dapat dipastikan apakah hari ini, besok, lusa, minggu depan, bulan depan,
atau hari apa. Yang pastinya langkah-langkah pengambilan keputusan ini akan saya
terapkan ketika saya dihadapkan pada situasi dan kasus yang saya hadap. Dilema etika
yang memerlukan pengambilan keputusan terbaik agar tidak ada pihak yang merasa
dirugikan. Jika hari ini mengalami dilema etika maka hari ini saya akan
menerapkan langkah-langkah tersebut, jika besok mengalami dilema etika maka
besok akan diterapkan langkah-langkah tersebut, dan seterusnya. Harapan saya
tentunya ketika saya dihadapkan pada situasi dilema etika saya dapat melakukan
pengambilan keputusan dengan memperhatikan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3
prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan.
· Dalam mengambil sebuah keputusan tidak hanya kita lakukan sendiri saja
tentu perlu mendengarkan masukan-masukan dari rekan komunitas praktisi guru
belajar SMKMUHDA yang bisa kita ajak berdiskusi dan berbagi sehingga kita
mengetahui apakah keputusan yang telah kita ambil ini sudah tepat dan efektif
atau belum. Menurut saya orang-orang yang bisa saya jadikan teman
diskusi/pendamping dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran adalah rekan-rekan Komunitas Praktisi Guru Belajar SMKMUHDA, Kepala
Sekolah, Guru Senior, Orang Tua Siswa, dan Siswa